Oleh Aimi
Sering sekali muncul pertanyaan, apa yang terjadi jika ibu menyusui menderita suatu penyakit? Apakah bisa tetap menyusui? Berikut kami rangkum beragam jenis penyakit yang biasa diderita ibu menyusui dan apakah kondisinya bisa berpengaruh ke proses menyusui dan bagaimana cara mencegah penularan.- Demam batuk pilek (common cold)
Ibu dengan common cold yang bersumber dari virus bisa tetap menyusui, bahkan harus tetap menyusui karena ASI-nya akan menghasilkan antibodi yang bisa membantu bayi untuk tidak tertular. Jangan lupa menggunakan master dan selalu mencuci tangan sebelum memegang bayi.
jika ibu mengalami batuk pilek karena common cold, bisa ditangkis daya tahan tubuh dengan istirahat cukup, lebih banyak minum, terapi uap di rumah, atau ikut berjemur pagi bersama dengan bayi, menggunakan masker saat menyusui dan memegang bayi, dan mencuci tangan. Jika keluhan masih bisa ditolerir, sebaiknya busui menghindari obat over the counter (obat yang bisa dibeli bebas) yang isinya kombinasi beberapa jenis zat obat. Bila mengalami demam ringan, minum air putih hangat lebih banyak. Untuk meredakan demam tinggi bisa menggunakan parasetamol atau ibuprofen. Untuk hidung mampet/pilek berat, lebih disarankan tetes hidung oxymetazolin yang efeknya lokal, daripada golongan pseudoephedrine/phenylephrine. Air putih hangat, perasan jeruk/lemon + madu atau permen hisap pelega tenggorok (yang tidak mengandung obat atau Antibiotik/AB) lebih disarankan untuk busui dengan batuk ringan. Diphenhydramine, dextromethorphan, guaifenesin masih tergolong aman untuk atasi batuk yang berat, tetapi harus diberikan sesuai indikasinya. Nyeri tenggorok boleh diredakan dengan obat kumur, dengan catatan hanya dipakai seperlunya dan harus dibuang/diludahkan. Chlorhexidine tidak aman jika tertelan.
- Typhus
Konsumsi obat2an yang aman untuk ibu menyusui, dalam hal ini sepertinya obat yang biasa diberikan untuk treatment penyakit typhus (ciprofloxacin) memang kurang aman untuk ibu menyusui, disarankan untuk menggunakan jenis AB yang dosisnya tidak terlalu kuat seperti golongan penicilin (amoxicilin)
Perhatikan metode penularan typhus -- yaitu melalui kotoran -- jadi selalu cuci tangan sebelum dan sesudah menyusui atau memegang/menggendong bayi.
Sebagai tambahan bisa lihat di: http://www.ahsc.health.nb.ca/Patients/HealthInformation/EmergencyHealthServices/breast_feeding_when_mother_gets.shtml dan ini: http://www.kellymom.com/health/illness/mom-illness.html
- Campak
- Herpes
Virus herpes tidak ditularkan melalui ASI, tapi bayi bisa terinfeksi bila menyentuh blister/ruam/lesi di payudara, mulut dll. Apabila lesi terdapat di payudara tidak boleh menyusui dulu. Ibu tetap memerah untuk menjaga produksi ASI dan mencegah masalah menyusui. Bila saat menyusui tangan ibu dan alat pompa terkena lesi maka ASI perah harus dibuang. Hindari kontak langsung antara bayi dengan bagian tubuh ibu yang kena lesi. Obat kategori valacyclovir aman untuk ibu menyusui dan bayinya.
- Demam Berdarah
- Malaria
Sumber: http://milissehat.web.id/?p=916
- Chikungunya
- Cacar air (Varicella)
Sesuai buku Clinical Therapy in Breastfeeding patient (2010 karangan Thomas W Hale dan Pamela Barens, ada beberapa prinsip penanganan cacar air pada ibu menyusui:
Bayi yang lahir dari ibu dengan cacar air dalam 5 hari sebelum kelahiran hingga 48 jam sesudah kelahiran, maka si bayi perlu mendapatkan Imunoglobulin Varicella untuk mencegah penularan dan dipisahkan dari ibu dan bayi lainnya untuk mencegah penularan.
Varicella pada ibu bukan kondisi yang mengharuskan menghentikan proses menyusui, jika lesi bisa ditutup sehingga bisa mencegah kontak lamgsung dengan bayi. Jika tidak bisa menjaga bayi dari kontak langsung, berikan ASI dalam bentuk ASIP. Apalagi jika ibu mendapatkan anti virus yang adekuat (memedai) dalam waktu 24 jam setelah leesi pertama muncul. Biasanya lesi tidak akan berkembang luas. Pengobatan varicella pada ibu menyusui sifatnya aman bagi bayi. Acyclovir adalah salah satu golongan obat yang aman untuk ibu menyusui yang terkena varicella.
Jika ada lesi di puting, sebaiknya tidak disusukan karena ada kemungkinan pecah di dalam mulut bayi.
Biasanya jika bayi sudah berusia di atas 1 tahun sudah bisa lebih tenang karena bayi sudah bisa diimunisasi varicella.
Jika si ibu belum pernah kena varicella (dan tidak sedang dalam keadaan hamil), pertimbangkan untuk mendapat imunisasi varicella karea varicella pada dewasa biasanya lebih berat dan lebih lama ketimbang yang diderita anak-anak.
Sumber: http://kultwit.aimi-asi.org/2011/10/varicella-ibu-menyusui/
- Toksoplasma
- Rubella
- Cytomegalovirus (CMV)
- Tubercolosis (TBC)
Cara terbaik mencegah bayi tertular TBC dari ibu adalah dengan pengobatan ibu secara tuntas
Ibu yang menderita TBC tetap dianjurkan menyuusi ASIX dan dilanjtukan hingga bayi berusia 2 tahun
Obat anti TBC tidak berbahaya bagi ibu hamil dan menyusui. Jumlah obat yang masuk ke ASI sangat sedikit dan tidak akan mematikan vaksin BCG yang sudah diterima oleh si bayi
Karena TBC ditularkan dari orang dewasa ke anak anak dan pernularan terjadi jika penderita TBC memiliki kontak erat selama jangka waktu yang panjang, maka bayi yang ibunya sakit TBC beresiko tertular atau terinfeksi (walau tidak jadi sakit TBC sekalipun). Sehingga bayi harus diberi obat isoniazid setiap hari selama 6 bulan
Sebaiknya ibu dan bayi tetap bersama dan tidak dipisahkan agar bayi tetap bisa menyusu seperti biasa
Jangan lupa memberikan imunisasi BCG ke bayi. Jika ibu terdiagnosis TBC, konsultasikan dengan dokter anak kalan vaksin BCG untuk bayi sebaiknya diberikan
Jika ibu menyusui terdiagnosa TBC dan mendapat perintah dari dokter untuk berhenti menyusui, jangan putus asa. Silakan cari opini kedua, ketiga, dan seterusnya dari dokter lain.
Sumber: http://kultwit.aimi-asi.org/2011/11/qa-dapatkah-ibu-dengan-tbc-menyusui/
- Diare
- Keracunan makanan
Sumber: http://milissehat.web.id/?p=916
- Diabetes Mellitus
Ibu dengan diabetes tipe berapapun tetap bisa menyusui. Menyusui justru memberikan manfaat pada ibu dan bayi, antara lain:
Bayi yang mendapat ASI paling sedikit selama 3 bulan pertama kehidupannya, berisiko lebih kecil menderita DM tipe 1 dan mengalami kegemukan saat ia dewasa.
Ibu menyusui yang sebelumnya mengalami DM gestasional berkurang resikonya menderita diabetes di masa yang akan datang. Perlu diketahui, DM gestasional merupakan faktor resiko terjadinya DM tipe 2.
Perubahan hormon dalam tubuh dapat membantu mencegah meningkatnya kadar gula darah dan membuat ibu merasa lebih baik. Misalnya, hormon oksitosin yang dilepaskan selama ibu menyusui, dapat membantu menghilangkan stres yang biasa dialami ibu setelah melahirkan. Stres dapat memicu peningkatan kadar gula darah.
Tips menyusui untuk ibu dengan diabetes:
Kenali jenis diabetes Anda. Yang paling sering ditemui adalah DM tipe 1, yang bergantung insulin dan DM tipe 2 yang tidak bergantung insulin. Selain itu, pada waktu hamil dapat terjadi kondisi diabetes temporer yang akan hilang dengan sendirinya setelah melahirkan. Jenis DM sementara ini dikenal dengan DM gestasional.
Bagi ibu dengan diabetes, jangan lupa untuk selalu memonitor diet sehat seimbangnya dan menjalani gaya hidup sehat. Banyak ibu dengan diabetes yang mengatakan merasakan lebih sehat secara keseluruhan selama periode laktasi yang mungkin dikarenakan penyesuaian tubuh secara alami terhadap perubahan fisik dan metabolisme setelah persalinan. Selain itu, kebutuhan tubuh akan insulin akan menurun dalam beberapa jam setelah melahirkan. Hormon oksitosin yang dilepaskan tubuh wanita selama menyusui juga dapat membantu ibu dengan diabetes merasa lebih sehat secara fisik dan emosional.
Jangan lupa selalu makan (apakah makanan berat atau ringan) sebelum atau ketika menyusui anak Anda.
Jangan lupa jaga asupan cairan, terutama air putih
Selalu sedia obat-obatan yang Anda butuhkan di rumah
- HepatitisB
Sumber: http://drstella.net/2012/06/06/ibu-terkena-hepatitis-b-bolehkah-menyusui/
- Hepatitis A
Ibu dengan hepatitis A bisa tetap menyusui. Konsultasikan obat-obat yang aman dengan dokter untuk ibu menyusui
- Mastitis (radang payudara)
Dokter biasanya mendiagnosis mastitis berdasarkan pemeriksaan fisik, gejala demam, menggigil, dan daerah yang sakit di payudara. Tanda lainnya yang cukup jelas adalah adanya bentuk prisma segitiga tidak beraturan (wedge pada payudara, yang sakit bila disentuh. Selain itu, dokter juga akan memeriksa apakah ada nanah atau komplikasi lain yang timbul bila mastitis tidak ditangani dengan tepat. Pengobatan mastitis biasanya mencakup:
Pengobatan mastitis umumnya membutuhkan waktu sekitar 10 – 14 hari pemberian antibiotik. Ibu bisa jadi sudah merasa sehat 24 – 48 jam setelah mulai meminum antibiotik, namun obatnya tetap harus dihabiskan untuk menurunkan kemungkinan timbul kembali.
Istirahat, tetap terus menyusui dan minum lebih banyak cairan akan membantu tubuh Anda mengatasi infeksi payudara. Kosongkan payudara yang terinfeksi sesering mungkin. Bila bayi menolak menyusu pada payudara yang sakit, gunakan breastpump atau perah dengan tangan untuk mengosongkan payudara.
Kunci utama untuk menghindari mastitis adalah dengan mengosongkan payudara saat menyusui dengan posisi dan pelekatan yang benar. Mintalah bantuan konselor menyusui untuk memastikan posisi dan pelekatan yang benar.
Abses Payudara
Biasanya abses payudara terjadi krn mastitis yg tidak tertangani dengan baik. Jd harus ada pembedahan kecil utk mengeluarkan nanah yg ada di saluran payudara. Untuk memastikan adanya abses,dapat dilakukan pemeriksaan USG payudara. Pada kondisi ini,nanah yang terkumpul harus dikeluarkan melalui tindakan bedah,dan tergantung luasnya,pemulihan dapat memerlukan waktu 4-6 minggu.
Penting diingat oleh ibu bahwa pada kondisi abses, payudara yang sehat harus tetap disusukan dan diperah, dan payudara yang mengalami abses pun tetap diperah seoptimal mungkin. Hal ini sangat penting untuk memastikan kontinuitas menyusui setelah ibu sehat kembali,serta untuk mencegah terbentuknya abses ulangan. Hasil perah pada payudara yang abses sebaiknya dibuang,sampai terapi antibiotik selesai dan ibu sehat. Walaupun luka jahitan belum menutup sempurna,atau masih terpasang drain (alat untuk mengeringkan bagian dalam luka) ,jika sudah tidak ada infeksi dan lokasi jahitan jauh dari puting,ibu dapat kembali menyusui langsung pada payudara tersebut. Mintalah antibiotik yang aman untuk ibu menyusui,sesuai dengan hasil pemeriksaan jenis kuman penginfeksi.
Terpenting dari yang telah disampaikan di atas: mencegah lebih baik daripada mengobati,karenanya sejak awal pastikan ibu telah menjalani proses menyusui yang benar,lengkapi diri dengan pengetahuan penanganan pertama jika timbul keluhan,dan segera berkonsultasi jika masalah tak kunjung teratasi.
Sumber:Aimi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar