Selasa, 10 Maret 2015

Ragam Penyakit Ibu dan Proses Menyusui


Oleh Aimi
Sering sekali muncul pertanyaan, apa yang terjadi jika ibu menyusui menderita suatu penyakit? Apakah bisa tetap menyusui?  Berikut kami rangkum beragam jenis penyakit yang biasa diderita ibu menyusui dan apakah kondisinya bisa berpengaruh ke proses menyusui dan bagaimana cara mencegah penularan.

  • Demam batuk pilek (common cold)

Ibu dengan common cold yang bersumber dari virus bisa tetap menyusui, bahkan harus tetap menyusui karena ASI-nya akan menghasilkan antibodi yang bisa membantu bayi untuk tidak tertular. Jangan lupa menggunakan master dan selalu mencuci tangan sebelum memegang bayi.




jika ibu mengalami batuk pilek karena  common cold, bisa ditangkis daya tahan tubuh dengan istirahat cukup, lebih banyak minum, terapi uap di rumah, atau ikut berjemur pagi bersama dengan bayi, menggunakan masker saat  menyusui dan memegang bayi, dan  mencuci tangan. Jika keluhan masih bisa ditolerir, sebaiknya busui menghindari obat over the counter (obat yang bisa dibeli bebas)  yang isinya kombinasi beberapa jenis zat obat. Bila mengalami demam ringan, minum air putih hangat lebih banyak. Untuk meredakan demam tinggi bisa menggunakan parasetamol atau ibuprofen. Untuk hidung mampet/pilek berat, lebih disarankan tetes hidung oxymetazolin yang efeknya lokal, daripada golongan pseudoephedrine/phenylephrine. Air putih hangat, perasan jeruk/lemon + madu atau permen hisap pelega tenggorok (yang tidak mengandung obat atau Antibiotik/AB) lebih disarankan untuk busui dengan batuk ringan. Diphenhydramine, dextromethorphan, guaifenesin masih tergolong aman untuk atasi batuk yang berat, tetapi harus diberikan sesuai indikasinya. Nyeri tenggorok boleh diredakan dengan obat kumur, dengan catatan hanya dipakai seperlunya dan harus dibuang/diludahkan. Chlorhexidine tidak aman jika tertelan.
  • Typhus
   Tidak ada kontra indikasi bagi seorang ibu menyusui yang telah didiagnosa dengan typhus (melalui gal culture) untuk tetap menyusui bayinya...malah bayi akan mendapatkan antibodi terhadap penyakit tersebut dari sel2 darah putih ibunya;
    Konsumsi obat2an yang aman untuk ibu menyusui, dalam hal ini sepertinya obat yang biasa diberikan untuk treatment penyakit typhus (ciprofloxacin) memang kurang aman untuk ibu menyusui, disarankan untuk menggunakan jenis AB yang dosisnya tidak terlalu kuat seperti golongan penicilin (amoxicilin)
    Perhatikan metode penularan typhus -- yaitu melalui kotoran -- jadi selalu cuci tangan sebelum dan sesudah menyusui atau memegang/menggendong bayi.

Sebagai tambahan bisa lihat di: http://www.ahsc.health.nb.ca/Patients/HealthInformation/EmergencyHealthServices/breast_feeding_when_mother_gets.shtml dan ini: http://www.kellymom.com/health/illness/mom-illness.html

  • Campak
Ibu yang sedang sakit campak bisa menyusui bayinya secara langsung, dengan syarat memakai masker untuk mencegah penularan melalui droplet infection. Bayi akan mendapat antibodi sakit campak melalui ASI.

  • Herpes
Pernyebab Herpes adalah Virus HSV 1 atau 2. HSV 1 biasanya menyebabkan nyeri di mulut dan blister, tapi bisa juga di bagian tubuh lain. Sementara HSV 2 di area kemaluan.

 Virus herpes tidak ditularkan melalui ASI, tapi bayi bisa terinfeksi bila menyentuh blister/ruam/lesi di payudara, mulut dll. Apabila lesi terdapat di payudara tidak boleh menyusui dulu. Ibu tetap memerah untuk menjaga produksi ASI dan mencegah masalah menyusui. Bila saat menyusui tangan ibu dan alat pompa terkena lesi maka ASI perah harus dibuang. Hindari kontak langsung antara bayi dengan bagian tubuh ibu yang kena lesi. Obat kategori valacyclovir aman untuk ibu menyusui dan bayinya. 

  • Demam Berdarah
Ibu menyusui yang terjangkit demam berdarah bisa tetap menyusui. Jika si ibu harus opname di RS, perah ASI secara berkala dan berikan ASIP kepada bayi. Jangan lulpa katakana pada dokter bahwa ibu sedang menyusui agar mendapatkan obat obatan yang aman.
  • Malaria
Malaria tidak ditularkan oleh ASI, sehingga ibu dengan malaria bisa tetap menyusui. Namun demikian, jika ibu menyusui berencana mengunjungi suatu daerah yang mana malaria adalah penyakit yang lazim, silakan ikuti standar pencegahan yang berlaku. Panduan tentang malaria bisa dibaca di sini: http://www.cdc.gov/Features/YellowBook/. Jangan lupa diskusikan dengan dokter Anda.

Sumber: http://milissehat.web.id/?p=916
  •  Chikungunya
Ibu yang menderita chikungunya tetap dapat menyusui karena tidak ada bukti bahwa penyakit ini menular melalui ASI. Jangan lupa konsultasikan ke dokter jika membutuhkan obat-obatan yang aman bagi ibu menyusui.

  • Cacar air (Varicella)
Varicella sudah bisa ditularkan ke orang lain 24-48 jam SEBELUM lesi muncul. Sehingga imunisasi penting bagi mereka yang belum terkena.

Sesuai buku Clinical Therapy in Breastfeeding patient (2010 karangan Thomas W Hale dan Pamela Barens, ada beberapa prinsip penanganan cacar air pada ibu menyusui:

    Bayi yang lahir dari ibu dengan cacar air dalam 5 hari sebelum kelahiran hingga 48 jam sesudah kelahiran, maka si bayi perlu mendapatkan Imunoglobulin Varicella untuk mencegah penularan dan dipisahkan dari ibu dan bayi lainnya untuk mencegah penularan.
    Varicella pada ibu bukan kondisi yang mengharuskan menghentikan proses menyusui, jika lesi bisa ditutup sehingga bisa mencegah kontak lamgsung dengan bayi. Jika tidak bisa menjaga bayi dari kontak langsung, berikan ASI dalam bentuk ASIP. Apalagi jika ibu mendapatkan anti virus yang adekuat (memedai) dalam waktu 24 jam setelah leesi pertama muncul. Biasanya lesi tidak akan berkembang luas. Pengobatan varicella pada ibu menyusui sifatnya aman bagi bayi. Acyclovir adalah salah satu golongan obat yang aman untuk ibu menyusui yang terkena varicella.
    Jika ada lesi di puting, sebaiknya tidak disusukan karena ada kemungkinan pecah di dalam mulut bayi.
    Biasanya jika bayi sudah berusia di atas 1 tahun sudah bisa lebih tenang karena bayi sudah bisa diimunisasi varicella.
    Jika si ibu belum pernah kena varicella (dan tidak sedang dalam keadaan hamil), pertimbangkan untuk mendapat imunisasi varicella karea varicella pada dewasa biasanya lebih berat dan lebih lama ketimbang yang diderita anak-anak.

Sumber: http://kultwit.aimi-asi.org/2011/10/varicella-ibu-menyusui/

  • Toksoplasma
Secara umum ibu menyusui yang mengidap toksoplasma boleh menyusui. Kemungkinan penularan infeksoi Toksoplasma relative kecil dan belum ada penelitian ilmiah yang mendokumentasikan penularan infeksi toksoplasma melalui ASI. Namun demikian, ada kemungkinan penularan ke bayi apabila puting Ibu lecet dan berdarah / bengkak dalam waktu 1-2 minggu setelah tejadinya infeksi Toksoplasmosis akut (apalagi bila Ibu penderita penyakit autoimun). Obat golongan Pyrimethamine untuk pengobatan Toksoplasma dinilai aman untuk ibu menyusui
  • Rubella
 Ibu menyusui yang kena Rubella boleh menyusui namun pastikan ibu mengenakan masker selalu karena penularannya bisa dimungkinkan melalui batuk atau bersin. Jangan lupa rajin mencuci tangan dan menghindari kontak antar muka dekat dengan bayi

  • Cytomegalovirus (CMV)
CMV juga dapat ditularkan melalui menyusui. Walau demikian, umumnya tidak menyebabkan gejala/penyakit pada bayi, oleh karena itu boleh tetap menyusui. Tapi khusus bayi prematur dapat menyebabkan gejala yang berat. Ada salah satu cara mengurangi atau mematikan virus ini , dengan cara membekukan ASI perah hingga -20 C dan kemudian mempasteurisasinya.

  • Tubercolosis (TBC)
Dalam panduan WHO tentang alasan medis pengganti ASI, TBC termasuk dalam penyakit yang TIDAK membuat ibu harus berhenti menyusui. WHO mengeluarkan rekomendasi sebagai berikut:

    Cara terbaik mencegah bayi tertular TBC dari ibu adalah dengan pengobatan ibu secara tuntas
    Ibu yang menderita TBC tetap dianjurkan menyuusi ASIX dan dilanjtukan hingga bayi berusia 2 tahun
    Obat anti TBC tidak berbahaya bagi ibu hamil dan menyusui. Jumlah obat yang masuk ke ASI sangat sedikit dan tidak akan mematikan vaksin BCG yang sudah diterima oleh si bayi
    Karena TBC ditularkan dari orang dewasa ke anak anak dan pernularan terjadi jika penderita TBC memiliki kontak erat selama jangka waktu yang panjang, maka bayi yang ibunya sakit TBC beresiko tertular atau terinfeksi (walau tidak jadi sakit TBC sekalipun). Sehingga bayi harus diberi obat isoniazid setiap hari selama 6 bulan
    Sebaiknya ibu dan bayi tetap bersama dan tidak dipisahkan agar bayi tetap bisa menyusu seperti biasa
    Jangan lupa memberikan imunisasi BCG ke bayi. Jika ibu terdiagnosis TBC, konsultasikan dengan dokter anak kalan vaksin BCG untuk bayi sebaiknya diberikan
    Jika ibu menyusui terdiagnosa TBC dan mendapat perintah dari dokter untuk berhenti menyusui, jangan putus asa. Silakan cari opini kedua, ketiga, dan seterusnya dari dokter lain.

Sumber: http://kultwit.aimi-asi.org/2011/11/qa-dapatkah-ibu-dengan-tbc-menyusui/

  • Diare
Ibu yang terkena diare boleh tetap menyusui. Jangan lupa ibu harus mencuci tangan sebelum memegang bayi dan menyusui. Buang air besar (BAB) sering (>4-5 kali sehari) dengan konsistensi cair tanpa ampas,dengan atau  tanpa lendir, tanpa darah, dapat berkurang dengan sendirinya tanpa obat-obatan. Banyak minum terutama setelah BAB, minum oralit (cairan rehidrasi oral) untuk cegah dehidrasi dan kekurangan elektrolit, selalu cuci tangan setelah BAB, sebelum makan dan sebelum memasak.  Tidak disarankan meminum obat anti diare karena dapat menyebabkan diare terjadi lebih lama.

  • Keracunan makanan
Ibu yang mengalami keracunan makanan tetap dapat menyusui. Selama gejalanya merupakan gejala gastrointestinal (sakit perut, muntah, diare), maka kegiatan menyusui tetap berjalan seperti biasa karena tidak ada resiko bagi bayi. Jika keracunan makanan berlanjut ke fase septicemia (bakteri telah masuk ke jalan darah si ibu), yang mana biasanya si ibu sudah harus masuk rumah sakit, maka pemberian antibiotic kepada ibu harus dilakukan dan silakan konsultasikan antiboitk yang aman bagi ibu menyusui.

Sumber: http://milissehat.web.id/?p=916

  • Diabetes Mellitus    

Ibu dengan diabetes tipe berapapun tetap bisa menyusui. Menyusui justru memberikan manfaat pada ibu dan bayi, antara lain:

    Bayi yang mendapat ASI paling sedikit selama 3 bulan pertama kehidupannya, berisiko lebih kecil menderita DM tipe 1 dan mengalami kegemukan saat ia dewasa.
    Ibu menyusui yang sebelumnya mengalami DM gestasional berkurang resikonya menderita diabetes di masa yang akan datang. Perlu diketahui, DM gestasional merupakan faktor resiko terjadinya DM tipe 2.
    Perubahan hormon dalam tubuh dapat membantu mencegah meningkatnya kadar gula darah dan membuat ibu merasa lebih baik. Misalnya, hormon oksitosin yang dilepaskan selama ibu menyusui, dapat membantu menghilangkan stres yang biasa dialami ibu setelah melahirkan. Stres dapat memicu peningkatan kadar gula darah.

Tips menyusui untuk ibu dengan diabetes:

    Kenali jenis diabetes Anda. Yang paling sering ditemui adalah DM tipe 1, yang bergantung insulin dan DM tipe 2 yang tidak bergantung insulin. Selain itu, pada waktu hamil dapat terjadi kondisi diabetes temporer yang akan hilang dengan sendirinya setelah melahirkan. Jenis DM sementara ini dikenal dengan DM gestasional.
    Bagi ibu dengan diabetes, jangan lupa untuk selalu memonitor diet sehat seimbangnya dan menjalani gaya hidup sehat. Banyak ibu dengan diabetes yang mengatakan merasakan lebih sehat secara keseluruhan selama periode laktasi yang mungkin dikarenakan penyesuaian tubuh secara alami terhadap perubahan fisik dan metabolisme setelah persalinan. Selain itu, kebutuhan tubuh akan insulin akan menurun dalam beberapa jam setelah melahirkan. Hormon oksitosin yang dilepaskan tubuh wanita selama menyusui juga dapat membantu ibu dengan diabetes merasa lebih sehat secara fisik dan emosional.
    Jangan lupa selalu makan (apakah makanan berat atau ringan) sebelum atau ketika menyusui anak Anda.
    Jangan lupa jaga asupan cairan, terutama air putih
    Selalu sedia obat-obatan yang Anda butuhkan di rumah

  • HepatitisB
Jika seorang ibu hamil terkena Hepatitis B, bayi dapat tertular melalui kontak dengan darah ibu, cairan ketuban, dan cairan tubuh ibu yang terdapat di jalan lahir saat persalinan. Ini dapat terjadi pada ibu yang menyusui maupun yang tidak. Karenanya, bayi harus mendapat imunoglobulin hep B (HB-Ig) dan vaksin Hep B segera, dalam 12 jam sejak lahir. Dosis kedua vaksin harus diberikan pada usia 1-2 bulan, dan dosis ketiga pada usia 6 bulan. Bayi diperiksa pada usia 9-18 bulan untuk memastikan bayi tidak terkena hepatitis B. Ibu yang telah mengikuti prosedur di atas dapat tetap menyusui bayinya. WHO menyatakan menyusui tidak meningkatkan risiko terkena Hepatitis B, dan tetap dianjurkan untuk menyusui bayinya secara eksklusif. Hanya terdapat sedikit sekali virus di dalam ASI, dan menyusui dapat melindungi bayi dengan adanya transfer antibodi melalui ASI. Pada ibu dengan Hepatitis B yang mengalami puting luka dan berdarah, usahakan segera mengatasi penyebabnya (sebagian besar disebabkan posisi dan pelekatan yang tidak tepat pada payudara), dan sementara waktu memberikan ASI dengan diperah pada payudara tersebut, untuk memberi waktu luka menyembuh dan menurunkan risiko transmisi. Payudara yang sehat dapat disusukan seperti biasa.

Sumber: http://drstella.net/2012/06/06/ibu-terkena-hepatitis-b-bolehkah-menyusui/

  • Hepatitis A

Ibu dengan hepatitis A bisa tetap menyusui. Konsultasikan obat-obat yang aman dengan dokter untuk ibu menyusui

  • Mastitis (radang payudara)

Dokter biasanya mendiagnosis mastitis berdasarkan pemeriksaan fisik, gejala demam, menggigil, dan daerah yang sakit di payudara. Tanda lainnya yang cukup jelas adalah adanya bentuk prisma segitiga tidak beraturan (wedge pada payudara, yang sakit bila disentuh. Selain itu, dokter juga akan memeriksa apakah ada nanah atau komplikasi lain yang timbul bila mastitis tidak ditangani dengan tepat. Pengobatan mastitis biasanya mencakup:

Pengobatan mastitis umumnya membutuhkan waktu sekitar 10 – 14 hari pemberian antibiotik. Ibu bisa jadi sudah merasa sehat 24 – 48 jam setelah mulai meminum antibiotik, namun obatnya tetap harus dihabiskan untuk menurunkan kemungkinan timbul kembali.

Istirahat, tetap terus menyusui dan minum lebih banyak cairan akan membantu tubuh Anda mengatasi infeksi payudara. Kosongkan payudara yang terinfeksi sesering mungkin. Bila bayi menolak menyusu pada payudara yang sakit, gunakan breastpump atau perah dengan tangan untuk mengosongkan payudara.

Kunci utama untuk menghindari mastitis adalah dengan mengosongkan payudara saat menyusui dengan posisi dan pelekatan yang benar. Mintalah bantuan konselor menyusui untuk memastikan posisi dan pelekatan yang benar.

Abses Payudara

Biasanya abses payudara terjadi krn mastitis yg tidak tertangani dengan baik. Jd harus ada pembedahan kecil utk mengeluarkan nanah yg ada di saluran payudara. Untuk memastikan adanya abses,dapat dilakukan pemeriksaan USG payudara. Pada kondisi ini,nanah yang terkumpul harus dikeluarkan melalui tindakan bedah,dan tergantung luasnya,pemulihan dapat memerlukan waktu 4-6 minggu.

Penting diingat oleh ibu bahwa pada kondisi abses, payudara yang sehat harus tetap disusukan dan diperah, dan payudara yang mengalami abses pun tetap diperah seoptimal mungkin. Hal ini sangat penting untuk memastikan kontinuitas menyusui setelah ibu sehat kembali,serta untuk mencegah terbentuknya abses ulangan. Hasil perah pada payudara yang abses sebaiknya dibuang,sampai terapi antibiotik selesai dan ibu sehat. Walaupun luka jahitan belum menutup sempurna,atau masih terpasang drain (alat untuk mengeringkan bagian dalam luka) ,jika sudah tidak ada infeksi dan lokasi jahitan jauh dari puting,ibu dapat kembali menyusui langsung pada payudara tersebut. Mintalah antibiotik yang aman untuk ibu menyusui,sesuai dengan hasil pemeriksaan jenis kuman penginfeksi.

Terpenting dari yang telah disampaikan di atas: mencegah lebih baik daripada mengobati,karenanya sejak awal pastikan ibu telah menjalani proses menyusui yang benar,lengkapi diri dengan pengetahuan penanganan pertama jika timbul keluhan,dan segera berkonsultasi jika masalah tak kunjung teratasi.

Sumber:Aimi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar